Rabu, 25 April 2012

PERBEDAAN ANTARA JIN, SETAN DAN IBLIS



Cerita Tentang JinSetan, dan Iblis masih menyisakan kontroversi hingga kini. Namun yang jelas, dalam syariat Islam eksistensi mereka diakui. Sehingga jika masih ada dari kalangan muslim yang meragukan keberadaan mereka, maka amat pantaslah jika kita pun meragukan keimanannya.

Sesungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan risalah yang umum dan menyeluruh. Tidak hanya untuk kalangan Arab saja namun juga untuk seluruh umat manusia. Tidak khusus bagi satu kaum saja namun bagi seluruhnya. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus kepada segenap Ats-Tsaqalain: Jin dan Manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيْعًا
“Katakanlah: Wahai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً 
Adalah para nabi itu diutus kepada kaum, sedang aku diutus kepada seluruh manusia.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُوْنَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوْهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِيْنَ. قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوْسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيْقٍ مُسْتَقِيْمٍ. يَا قَوْمَنَا أَجِيْبُوا دَاعِيَ اللهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوْبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيْمٍ. وَمَنْ لاَ يُجِبْ دَاعِيَ اللهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي اْلأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُوْنِهِ أَوْلِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلاَلٍ مُبِيْنٍ

Dan ingatlah ketika Kami hadapkan sekumpulan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur`an. maka ketika mereka menghadiri pembacaan lalu mereka berkata: `Diamlah kamu’. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaum memberi peringatan. Mereka berkata: `Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab yang telah diturunkan setelah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelum lagi memimpin kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Wahai kaum kami, terimalah orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. Dan orang yang tdk menerima orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan lepas dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada bagi pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata’.”

Jin Diciptakan Sebelum Manusia
Tak ada satupun dari golongan kaum muslimin yang mengingkari keberadaan jin. Demikian pula mayoritas kaum kuffar meyakini keberadaannya. Ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nashrani pun mengakui eksistensinya sebagaimana pengakuan kaum muslimin, meski ada sebagian kecil dari mereka yang mengingkarinya. Sama halnya dengan sebagian di antara kaum muslimin yang mengingkari, yakni dari kalangan orang bodoh dan sebagian Mu’tazilah. Jelas keberadaan jin merupakan hal yang tidak dapat disangkal lagi mengingat pemberitaan dari para nabi sudah sangat mutawatir dan diketahui orang banyak.

Secara pasti kaum jin adalah makhluk hidup berakal dan mereka melakukan segala sesuatu dengan kehendak. Bahkan mereka juga terikat pada perintah dan larangan Allah. Hanya saja mereka tidak memiliki sifat dan tabiat seperti yang ada pada manusia atau makhluk lainnya. Aneh, bahwa orang-orang filsafat masih mengingkari keberadaan jin. Dan dalam hal inipun Muhammad Rasyid Ridha telah keliru. Dia mengatakan: “Sesungguh jin itu hanyalah ungkapan (gambaran) tentang bakteri-bakteri. Karena ia tdk dapat dilihat kecuali dengan perantara mikroskop."

Jin lebih dahulu diciptakan daripada manusia sebagaimana dikabarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dlm firman-Nya:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُوْنٍ. وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُمِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُوْمِ

“Dan sesungguh Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering dan lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum dari api yang sangat panas.”

Karena jin lebih dulu ada maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahulukan penyebutan jin daripada manusia ketika menjelaskan bahwa mereka diperintah untuk beribadah seperti hal manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ

"Dan Aku tdk menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”

Jin, Setan, dan Iblis
Kalimat jin, setan, ataupun juga Iblis seringkali disebutkan dalam Al-Qur`an bahkan mayoritas kita pun sudah tidak asing lagi mendengarnya. Sehingga eksistensinya sebagai makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak lagi diragukan berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah serta ijma’ ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Tinggal persoalannya, apakah jin, setan, dan Iblis itu tiga makhluk yang berbeda dengan penciptaan yang berbeda ataukah mereka itu bermula dari satu asal atau termasuk golongan para malaikat? Yang pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menerangkan asal-muasal penciptaan jin dengan firman-Nya:

وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُوْمِ

"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum dari api yang sangat panas.”

وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ

“Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُوْرٍ وَخُلِقَتِ الْجَانُّ مِنْ مَّارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ

“Para malaikat diciptakan dari cahaya jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan kepada kalian.”

Adapun tentang Iblis maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

:وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ

Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin…”

Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Iblis mengkhianati asal penciptaan karena dia diciptakan dari nyala api, sedangkan asal penciptaan malaikat adalah dari cahaya. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan di sini bahwa Iblis berasal dari kalangan jin dalam arti dia diciptakan dari api. Al-Hasan Al-Bashri berkata:

‘Iblis tidak termasuk malaikat sedikitpun. Iblis merupakan asal mula jin sebagaimana Adam sebagai asal mula manusia’.”

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu mengatakan: “Iblis adalah abul jin .”

Sedangkan setan mereka adalah kalangan jin yang durhaka. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu pernah ditanya tentang perbedaan jin dan setan. Beliau menjawab: “Jin itu meliputi setan namun ada juga yang shalih. Setan diciptakan untuk memalingkan manusia dan menyesatkannya. Adapun yang shalih mereka berpegang teguh dengan agama memiliki masjid-masjid dan melakukan shalat sebatas yang mereka ketahui ilmunya. Hanya saja mayoritas mereka itu bodoh.”

Siapakah Iblis?
Terjadi perbedaan pendapat dalam hal asal-usul iblis, apakah berasal dari malaikat atau dari jin. Pendapat pertama menyatakan bahwa iblis berasal dari jenis jin. Ini adalah pendapat Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu. Beliau menyatakan: "Iblis tdk pernah menjadi golongan malaikat sekejap matapun sama sekali. Dan dia benar-benar asal-usul jin sebagaimana Adam adalah asal-usul manusia.”Pendapat ini pula yang tampak dikuatkan oleh Ibnu Katsir Al-Jashshash dalam kitab Ahkamul Qur‘an dan Asy-Syinqith,i dalam kitab Adhwa`ul Bayan. Penjelasan tentang dalil pendapat ini beliau sebuntukan dalam kitab tersebut. Secara ringkas dapat disebtkan sebagai berikut:

1. Kema’shuman malaikat dari perbuatan kufur yang dilakukan iblis sebagaimana firman Allah:

لاَ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

…yang tdk mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

لاَ يَسْبِقُوْنَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُوْنَ

“Mereka itu tdk mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.”

2. Dzahir surat Al-Kahfi ayat 50

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ

“Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’ mk sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin lalu ia mendurhakai perintah Rabbnya.”

Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa iblis dari jin dan jin bukanlah malaikat. Ulama yang memegang pendapat ini menyatakan: “Ini adalah nash Al-Qur`an yang tegas dalam masalah yang diperselisihkan ini.” Beliau juga menyatakan: “Dan hujjah yang paling kuat dalam masalah ini adalah hujjah mereka yang berpendapat bahwa iblis bukan dari malaikat.”

Adapun pendapat kedua yang menyatakan bahwa iblis dari malaikat menurut Al-Qurthubi adalah pendapat jumhur ulama termasuk Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma. Alasan adalah firman Allah:

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ

"Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang2 yang kafir.”

Juga ada alasan-alasan lain berupa beberapa riwayat Israiliyat. Pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama Insya Allah karena kuat dalil mereka dari ayat-ayat yang jelas. Adapun alasan pendapat kedua, sebenarnya ayat tersebut tidak menunjukkan bahwa iblis dari malaikat. Karena susunan kalimat tersebut adalah susunan istitsna` munqathi’. Adapun cerita-cerita asal-usul iblis itu adalah cerita Israiliyat. Ibnu Katsir menyatakan: “Dan dalam masalah ini banyak yang diriwayatkan dari ulama salaf. Namun mayoritas adalah Israiliyat yang dinukilkan untuk dikaji, wallahu a’lam.
Allah lebih tahu tentang keadaan mayoritas cerita itu. Dan di antaranya ada yang dipastikan dusta karena menyelisihi kebenaran yang ada di tangan kita. Dan apa yang ada di dalam Al-Qur`an sudah memadai dari yang selain dari berita-berita itu.”

Asy-Syinqithi menyatakan: “Apa yang disebutkan oleh para ahli tafsir dari sekelompok ulama salaf seperti Ibnu ‘Abbas dan selain bahwa dahulu iblis termasuk pembesar malaikat penjaga surga mengurusi urusan dunia dan namanya adalah ‘Azazil ini semua adalah cerita Israiliyat yang tidak bisa dijadikan landasan.”

Siapakah Setan?
Setan atau Syaithan dalam bahasa Arab diambil dari kata yang berarti jauh. Ada pula yang mengatakan bahwa itu dari kata yang berarti terbakar atau batal. Pendapat yang pertama lebih kuat menurut Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir sehingga kata Syaithan arti yang jauh dari kebenaran atau dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ibnu Jarir menyatakan syaithan dlm bahasa Arab adalah setiap yang durhaka dari jin manusia atau hewan atau dari segala sesuatu. Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا

"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh yaitu setan-setan manusia dan jin sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu .”

Allah menjadikan setan dari jenis manusia seperti halnya setan dari jenis jin. Dan hanyalah tiap yang durhaka disebut setan karena akhlak dan perbuatan menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang sejenis dan karena jauh dari kebaikan.Ibnu Katsir menyatakan bahwa syaithan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan. Lihat juga Al-Qamus Al-Muhith. Yang mendukung pendapat ini adalah surat Al-An’am ayat 112:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh yaitu setan-setan manusia dan jin sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu .”

Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu ia berkata: Aku datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau berada di masjid. Akupun duduk. Dan beliau menyatakan: “Wahai Abu Dzar apakah kamu sudah shalat?” Aku jawab: “Belum.” Beliau mengatakan: “Bangkit dan shalatlah.” Akupun bangkit dan shalat lalu aku duduk. Beliau berkata: “Wahai Abu Dzar berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan jin.” Abu Dzar berkata: “Wahai Rasulullah apakah di kalangan manusia ada setan?” Beliau menjawab: “Ya!” Ibnu Katsir menyatakan setelah menyebutkan beberapa sanad hadits ini: “Inilah jalan-jalan hadits ini. Dan semua jalan-jalan hadits tersebut menunjukkan kuat hadits itu dan keshahihannya.” Yang mendukung pendapat ini juga hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat Muslim:

الْكَلْبُ اْلأَسْوَدُ شَيْطَانٌ

Anjing hitam adalah setan.”Ibnu Katsir menyatakan: “Makna –wallahu a’lam– yaitu setan dari jenis anjing.”

Ini adalah pendapat Qatadah Mujahid dan yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ibnu Katsir Asy-Syaukani dan Asy-Syinqithi. Dalam masalah ini ada tafsir lain terhadap ayat itu tapi itu adalah pendapat yang lemah .Ketika membicarakan tentang setan dan tekad dalam menyesatkan manusia Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ. قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَ. قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ. ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِيْنَ

Iblis menjawab: ‘Beri tangguhlah aku sampai waktu mereka dibangkitkan’ Allah berfirman ‘Sesungguh kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.’ Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukumiku tersesat aku benar-benar akan mengajak mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur .”

Setan adalah turunan Iblis sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

أَفَتَتَّخِذُوْنَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِيْنَ بَدَلاً
"Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunan sebagai pemimpin selain-Ku sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti bagi orang-orang yang dzalim.”

Turunan-turunan Iblis yang dimaksud dlm ayat ini adalah setan-setan. Penggambaran Tentang Jin Al-jinnu berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu yang bermakna satarahu. Maka segala sesuatu yang tertutup berarti tersembunyi. Jadi jin itu disebut dengan jin karena keadaan yang tersembunyi. Jin memiliki roh dan jasad. Dalam hal ini Syaikhuna Muqbil bin Hadi rahimahullahu mengatakan: “Jin memiliki roh dan jasad. Hanya saja mereka dapat berubah-ubah bentuk dan menyerupai sosok tertentu serta mereka bisa masuk dari tempat manapun."

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar menutup pintu-pintu sembari beliau mengatakan: ‘Sesungguh setan tidak dapat membuka yang tertutup’.

Beliau memerintahkan agar kita menutup bejana-bejana dan menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala atasnya. Demikian pula bila seseorang masuk ke rumah kemudian membaca bismillah, maka setan mengatakan: ‘Tidak ada kesempatan menginap’. Jika seseorang makan dan mengucapkan bismillah maka setan berkata: ‘Tidak ada kesempatan menginap dan bersantap malam’.”

Jin bisa berwujud seperti manusia dan binatang. Dapat berupa ular dan kalajengking juga dalam wujud unta, sapi, kambing, kuda, bighal, keledai, dan juga burung. Serta bisa berwujud Bani Adam seperti waktu setan mendatangi kaum musyrikin dalam bentuk Suraqah bin Malik kala mereka hendak pergi menuju Badr.

Mereka dapat berubah-ubah dalam bentuk yang banyak seperti anjing hitam atau juga kucing hitam. Karena warna hitam itu lebih signifikan bagi kekuatan setan dan mempunyai kekuatan panas. Kaum jin memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda. Jin yang shalih bertempat tinggal di masjid dan tempat-tempat yang baik. Sedangkan jin yang jahat dan merusak mereka tinggal di kamar mandi dan tempat-tempat yang kotor.Tulang dan kotoran hewan adalah makanan jin. Di dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:

ابْغِنِي أَحْجَارًا أَسْتَنْفِضْ بِهَا وَلاَ تَأْتِنِي بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ. فَأَتَيْتُهُ بِأَحْجَارٍ أَحْمَلُهَا فِي طَرَفِ ثَوْبِي حَتَّى وَضَعْتُهَا إِلَى جَنْبِهِ ثُمَّ انْصَرَفْتُ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مَشَيْتُ فَقُلْتُ: مَا بَالُ الْعَظْمِ وَالرَّوْثَةِ؟ قَالَ: هُمَا مِنْ طَعَامِ الْجِنِّ وَإِنَّهُ أَتَانِي وَفْدُ جِنِّ نَصِيْبِيْنَ وَنِعْمَ الْجِنُّ فَسَأَلُوْنِي الزَّادَ فَدَعَوْتُ اللهَ لَهُمْ أَنْ لاَ يَمُرُّوا بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ إِلاَّ وَجَدُوا عَلَيْهَا طَعَامًا

"Carikan beberapa buah batu untuk kugunakan bersuci dan janganlah engkau carikan tulang dan kotoran hewan.” Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku pun membawakan untuk beberapa buah batu dan kusimpan di sampingnya. Lalu aku menjauh hingga beliau menyelesaikan hajatnya.”Aku bertanya: “Ada apa dengan tulang dan kotoran hewan?”Beliau menjawab: “Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi rombongan utusan jin dari Nashibin dan mereka adalah sebaik-baik jin. Mereka meminta bekal kepadaku. maka aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar tidaklah mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkan makanan.”

Gambaran Tentang Jin, Setan, dan Iblis adalah wazan dari fi’il diambil dari asal kata al-iblaas yang bermakna at-tai`as dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka adalah musuh nomer wahid bagi manusia. Musuh bagi Adam dan keturunannya. Dengan kesombongan dan analogi yang rusak serta kedustaan mereka berani menentang perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala saat mereka enggan untuk sujud kepada Adam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ

“Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’ mk sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”

Malah dengan analogi yang menyesatkan Iblis menjawab:

قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِيْنٍ

Aku lebih baik darinya: Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.”

Analogi atau qiyas Iblis ini adalah qiyas yang paling rusak. Qiyas ini adalah qiyas batil karena bertentangan dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menyuruh untuk sujud. Sedangkan qiyas jika berlawanan dengan nash maka ia menjadi batil karena maksud dari qiyas itu adalah menetapkan hukum yang tdk ada pada nash mendekatkan sejumlah perkara kepada yang ada nash sehingga keberadaan menjadi pengikut bagi nash.Bila qiyas itu berlawanan dengan nash dan tetap digunakan (diakui) maka konsekuensinya akan menggugurkan nash. Dan inilah qiyas yang paling buruk!

Sumpah mereka untuk menggoda Bani Adam terus berlangsung sampai hari kiamat setelah mereka berhasil menggoda Abul Basyar Adam dan vonis sesat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kita dengan firman-Nya:

يَابَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِيْنَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ

"Hai anak Adam janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga. Ia menanggalkan pakaian kedua untuk memperlihatkan kepada kedua auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikut melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.”

Karena setan sebagai musuh kita maka kita diperintahkan untuk menjadi musuh setan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُوْنُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيْرِ

"Sesungguh setan itu adalah musuh bagimu maka anggaplah ia musuhmu karena sesungguh setan-setan itu hanya mengajak golonganmu supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”

أَفَتَتَّخِذُوْنَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِيْنَ بَدَلاً

“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunan sebagai pemimpin selain AKu sedangkan mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti bagi orang-orang yang dzalim.”

Semoga kita semua terlindung dari godaan-godaannya. Wal ’ilmu ’indallah.

(Dikutip Dari Penjelasan Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf)


TENTANG ALLAH,MANUSIA DAN IBLIS


Bagi manusia, sesungguhnya isyarat kasih sayang Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim sudah terbentang luas sebagaimana tercermin dalam dialog antara Nabi Adam (as), Iblis, dan Allah Subhanahu Wata'ala yang ditulis oleh Imam Al-Ghazali (penterjemah Sahli, M), Di balik Ketajaman Hati, Amani, Jakarta, 1997, hal 83-84

Sesungguhnya iblis berkata, “Ya Tuhanku, Engkau usir aku dari surga karena Adam. Dan aku tidak dapat menguasainya kecuali dengan penguasaan-Mu.”
Allah berfirman, “Tidak akan dilahirkan seorang anak baginya kecuali tentu dilahirkan untukmu dua anak baginya.”
Dia berkata lagi, “Tambahkanlah untukku.”
Allah berfirman, “Dada-dada mereka adalah rumah-rumahmu, engkau berjalan sejalan dengan peredaran darah.”
Berkata iblis, “Tambahkanlah untukku.”
Allah berfirman, “Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkudamu dan pasukanmu yang berjalan kaki.”

Lalu Adam berkata, ”Ya Tuhanku, Engkau benar-benar telah memberikan kekuasaan padanya atas aku, maka aku tidak mungkin untuk menolaknya kecuali dengan pertolongan-Mu.”
Allah berfirman, “Tidak akan dilahirkan seorang anak bagimu, kecuali Aku serahkan anak itu pada malaikat yang selalu menjaganya.”
Adam berkata, “Tambahkanlah bagiku.”
Alah berfirman, “Kebaikan akan mendapat imbalan sepuluh kali lipat.”
Adam berkata, “Tambahkanlah bagiku.”
Allah berfirman, “Aku akan mengampuni mereka dan Aku tidak peduli.”
Adam berkata,”Sekarang aku telah cukup.”

Iblis berkata lagi, “Ya Tuhanku, jadikanlah di kalangan mereka (anak cucu Adam) beberapa utusanku!”
Allah berfirman, “Tukang nujum”.
Iblis bertanya, “Dan apa kitab-kitabku?”
Allah berfitman, “Tahi lalat buatan.”
Iblis bertanya, “Apa haditsku?”
Allah berfirman, “ Kebohongan.”
Iblis bertanya, “Apa Quranku?”
Allah berfirman, "Nyanyian”
Iblis bertanya, “Siapa muazinku?”
Allah berfirman, "Seruling.”
Iblis bertanya,“Apa mesjidku?”
Allah berfirman, “Beberapa pasar.”
Iblis bertanya, “Apa rumahku?”
Allah berfirman, “Tempat pemandian”
Iblis berkata, “Apa makananku?”
Allah berfirman, "Yang tidak disebut padanya Asma-Ku”
Iblis berkata, “Apa minumanku?”
Allah berfirman, "Yang memabukkan.”
Iblis berkata,“ Lalu apa perangkapku?”
Allah berfirman, “Perempuan!”


Tiada ulasan:

Catat Ulasan