Isnin, 16 April 2012

Jujuk champa




Raja Campa adalah pemeluk agama islam yang kuat. Beliau mempunyai
beberapa orang putri yang sangat cantik. Dan putri putri itu amat teguh
mengamalkan ajaran agama islam. Salah satu putri Campa menikah dengan
saudagar Arab. Perkawinan tersebut melahirkan Raden Rahmat yang kelak
dikenal dengan sunan Ampel. Sejak kecil Raden Rahmat dikenal super
cerdas dan mempunyai otak yang berlian. Walau sebagai keluarga kerajaan
ia amat akrab dengan teman sepermainannya. Barkat didikan kedua orang
tuanya dan kakeknya raja Campa Raden Rahmat semakin bijaksana dan luas
pengetahuannya terutama tentang agama. Nama asli jujuk Campa adalah
Sayyid Rafi’uddin, tetapi orang orang menyebutnya raja Campa karena
beliau barasal dari kerajaan Campa, sekarang Kamboja. Raja Campa
mempunyai dua orang cucu yang kelak kedua cucunya tersebut menjadi orang
orang yang berpengaruh dalam penyiaran agama islam khususnya di Pulau
Jawa. Mereka itu adalah Raden Patah. Pada usia 20 tahun Raden Rahmat
merasa dirinya berkewajiban untuk mengamalkan ilmunya. Lalu ia meminta
izin kepada ibu dan ayahnya untuk pergi ke rumah bibiknya, Darawati di
Pulau Jawa. Melihat kesungguhan anaknya maka dengan berat hati kedua
orang tuanya mengikhlaskan kepergiannya. Tapi bagaimana perkasanya dan
teguhnya keingainan Raden Rahmat, begitu ia akan berangkat dan
memandangi wajah orang tuanya, maka meneteslah air matanya. Dan ternyata
perpisahan itu merupakan perpisahan selama lamanya.


Kemudian
dengan naik perahu Raden Rahmat menuju tanah Jawa. Pada saat itu
perahu perahu dari arah utara yang akan menuju ke Surabaya atau Gresik
dan sekitarnya biasanya mampir di pelabuhan persinggahan yaitu pelabuhan
Kumalasa Pulau Bawean. Hal ini sebagai tanda tanda bahwaaa sebentar
lagi perahu itu akan memasuki Surabaya atau Gresik. Ketika tiba di
istana di kerajaan Majapahit dan telah lama bergaul disana Raden Rahmat
di beri kekuasaan wilayah oleh raja Kertawijaya untuk memimpin tiga
ribu rumah di Ampel Delta Surabaya. Sehingga akhirnya beliau dikenal
dengan nama Sunan Ampel. Sementara itu pernikahan putri bungsu raja
Campa, Darawati dengan Kertawijaya telah membuakan keturunan,
diantaranya putranya itu bernama Raden Fatah. Pada saat itu komunikasi
antara kerajaan Majapahit denagn kerajaan Campa semakin sering. Raden
Fatah tidak dibesarkan di istana Majapahit melainkan ia di besarkan di
Campa camboja oleh kakeknya sendiri. Dan ketika Raden Fatah menjadi
seorang pemuda ia akan diantarkan oleh kakeknya ke kerajaan Majapahit,
ke tempat kedua orang tuanya, di Jawa. Maka pada saat itu berangkatlah
Raden Fatah bersama rombongan. Rombongan itu di pimpin oleh kakek Raden
Fatah sendiri (Raja Campa). Tatkala sampai di pelabuhan persinggahan,
tepatnya di pelabuhan Kumalasa, Pulau Bawean, rombongan tersebut
mendapat kesulitan, yakni ada seorang putri yang sakit keras. Sehingga
pemimpin rombongan (raja Campa) harus merawat si sakit. Tapi Raden
Fatah dan rombongan yang lain terus melanjutkan perjalanannya.
Sesampainya di Surabaya ia bertemu dengan Raden Rahmat kakak sepupunya.
Setelah Raden Fatah mengutarakan maksud kedatangannya, Raden Fatah
tidak di perkenankan langsung ke Majapahit oleh Raden Rahmat. Ia masih
di didik dan diajari ilmu agama oleh Sunan Ampel. Setelah dianggap
cukup, baik bekal fisik atau mental batinnya, barulah Raden Fatah
dipertemukan untuk menghdap ayahandanya, Raja Kertawijaya di Majapahit.


Pasa
suatu ketika kerajaan Majapahit mengalami kehancuran disebabkan faktor
faktor dari dalam dan luar kerajaan. Faktor dari luar antara lain
karena pengaruh dakwah Raden Fatah yang di prakarsai oleh sunan Ampel.
Selanjutnya Sunan Ampel menugaskan Raden Fatah untuk menjadi Adipati
Demak, yang lambat laun menjadi sebuah kerajaan islam yang pertama kali
dipulau Jawa yaitu kerajaan Demak dengan rajanya yang pertama adalah
Raden Fatah dengan gelar Sultan Syah Alam Akbar Al- Falah. Menjelang
ajalnya, sunan Ampel berpesan kepada Raden Fatah dan orang orang yang
menjenguknya ‘’Aku sudah terlalu tua sekarang tinggal kewajiban kalian
untuk melanjutkan tugas tugas Allah. Aku tidak bisa mewariskan apa-apa
untuk kalian kecuali seperti kepandaianku yang tidak sempurna itu.
Kalian harus menyempurnakannya sesuai dengan zaman dan kebutuhan kalian.
Namun jangan lupa , bahwa zaman boleh berubah, tetapi Allah dan
ajaran-Nya tidak. Itulah rahasia yang harus kalian gali’’ kemudian
dengan mengucapkan ‘’Allahu Akbar’’ pulanglah beliau ke hadirat Allah
SWT. Dan di kebumikan dimasjid Ampel Surabaya. Sedangkan Raden Fatah
setelah memerintah kerajaan Demak sekitar sepuluh tahun (1508-1518),
pulang ke Rahmatullah dalam usia yang cukup lanjut, dan dimakamkan di
Demak, Jawa Tengah. Dalam kaitannya antara kehidupan Raden Fatah dengan
cerita rakyat yang berkembang di Kumalasa pada waktu Raden Fatah
melanjutkan perjalanannya ke tanah Jawa, ada salah satu putri raja Campa
yang sakit keras sehingga harus dirawat oleh pimpinan mereka. Dan
ternyata penyakit yang di derita oleh putri tidak sembuh. Yang akhirnya
ia meninggal dunia di Bawean. Jenazahnya dimakamkan di dusun Kumalasa
orang Kumalasa menyebutnya kuburan ‘’ Embah Potre’’ kuburan seorang
putri dari keluarga Raja Campa.


Adapun orang yang merawat
putri itu dan beliau ketua rombongan Raden Patah yang akan pergi ke
Jawa, sudah tidak melanjutkan lagi ke Majapahit atau pulang ke Campa.
Beliau menghabiskan usianya di Bawean. Kuburannya ada di kawasan
pelabuhan Kumalasa. Kumalasa adalah sebuah desa di kecamatan Sangkapura
yang memang unik, yang dikemudian hari banyak mewarnai kehidipan
masyarakat di Pulau Bawean. Kalau kita tancapkan sebuah titik ditengah
–tengah Pulau Bawean, kemudian kita tarik sebuah garis mata angin, maka
desa Kumalasa terletak di arah Barat Daya dari pusat titik tersebut.
Dan orang Kumalasa menyabut kuburan raja Campa dengan sebutan kuburan
‘’Jujuk Campa’’ jujuk maksudnya ‘’Embah’’ yang dihormati dan karena
berasal dari negeri Campa maka dinamai ‘’Jujuk Campa’’ pada waktu-waktu
tertentu biasanya orang-orang Bawean sering pergi kesana untuk ziarah
dan ada pula yang memang mempunyai nadzar untuk berziarah ke makam
jujuk Campa

Tiada ulasan:

Catat Ulasan